KONVENSI NASKAH
Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian. Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf atau alinea.
Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa, sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.
Namun, ada hal yang lebih penting dari semua hal yang telah diuraikan di atas. Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal; bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu, sehingga kelihatan tampak lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan. Semua persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah. Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.[1]
Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secaraformal, semi-formal, dan non-formal.[2] Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.
SYARAT FORMAL PENULISAN
SEBUAH NASKAH
Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian
karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan
menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan
yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian
yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis.
Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.
Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.
Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:
A. Bagian Pelengkap Pendahuluan
a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b. Halaman Judul
c. Halaman Persembahan (kalau ada)
d. Halaman Pengesahan (kalau ada)
e. Kata Pengantar
f. Daftar Isi
g. Daftar Gambar (kalau ada)
h. Daftar Tabel (kalau ada)
B. Bagian Isi Karangan
a. Pendahuluan
b. Tubuh Karangan
c. Kesimpulan
C. Bagian Pelengkap Penutup
a. Daftar Pustaka (Bibliografi)
b. Lampiran (Apendix)
c. Indeks
d. Riwayat Hidup Penulis
A. Bagian
Pelengkap Pendahuluan
Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluansama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.
a. Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul
Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai.
Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul
mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun),
kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen),
nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas),
nama kota, dan tahun penulisan.
Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas,
penulis, kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama
kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri
(untuk karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang
tidak terlalu formal).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
þ Judul diketik dengan huruf kapital, misalnya:
UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH
DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR
þ Penjelasan tentang tugas
disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Ganjil 2009
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi
pada
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
þ Nama penulis ditulis
dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM),
misalnya:
ANASTASIA INDRIANI
10709234
þ Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo.
þ Data institusi mahasiswa
mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama kota, dan tahun
ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2008
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan
formal:
Ø Komposisi tidak menarik.
Ø Tidak estetik.
Ø Hiasan gambar tidak relevan.
Ø Variasi huruf jenis huruf.
Ø Kata “ditulis (disusun)
oleh.”
Ø Kata “NIM/NRP.”
Ø Hiasan, tanda-tanda, atau
garis yang tidak berfungsi.
Ø Kata-kata yang berisi
slogan.
Ø Ungkapan emosional.
Ø
Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.
b.
Halaman Persembahan
Bagian ini tidak terlalu
penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata
dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman,
dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting belahan jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti KH. Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa
lil muttaqiina imaama. Amin.[3]
Bila penulis menganggap
perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini ditempatkan berhadapan
dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang
cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
c. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan
digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh
pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan
administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk
penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan
lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman
pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan
formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan.
Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji,
dan ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri
kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis
setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi
dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup
dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman
pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua
jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
Ø Menggaris-bawahi nama dan
kata-kata lainnya.
Ø Menggunakan titik atau koma
pada akhir nama.
Ø Tulisan melampaui garis
tepi.
Ø Menulis nama tidak lengkap.
Ø Menggunakan huruf yang tidak
standar.
Ø
Tidak mencantumkan gelar akademis.
d. Kata Pengantar
Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar.
Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis
sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis,
disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata
pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:
v Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
v Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk
skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk
skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari
seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
v Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau
organisasi/lembaga yang membantu.
v Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama
lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
v Harapan penulis atas karangan tersebut.
v Manfaat bagi pembaca serta kesediaan
menerima kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan
bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena
itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan
benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang
tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa
yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi
karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
W Menguraikan isi karangan.
W Mengungkapkan perasaan berlebihan.
W Menyalahi kaidah bahasa.
W Menunjukkan sikap kurang
percaya diri.
W Kurang meyakinkan.
W Kata pengantar terlalu
panjang.
W Menulis kata pengantar
semacam sambutan.
W Kesalahan bahasa: ejaan,
kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
e. Daftar Isi
Daftar isi adalah bagian
pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara
lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis
sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi
untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari
sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara
konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul
sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
f. Daftar Gambar
Bila
dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum dalam
karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan:
judul gambar, dan nomor halaman.
g. Daftar Tabel
Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel
yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel
ini menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.
B. Bagian
Isi Karangan
Bagian isi karangan sebenarnya
merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan
karangan atau buku itu sendiri.
a. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab I
karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan
perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang
sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah,
tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan.
Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan
dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua
sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan
yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam
masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1) Latar belakang masalah,
menyajikan:
Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan
yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan
kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah
penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan
masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi
pengembangan sistem kerja yang akan datang.
Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi
mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan
buku-buku terbaru.
Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk
pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana....,
mengapa.....
Tidak menggunakan kata apa karena tidak
menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
2) Tujuan penulisan berisi:
Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya:
mendeskripsikan hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat
dilestarikan dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan
data primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan
bahwa pembangunan lingkungan pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan
bantuan pemerintah.
Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai
dengan masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua,
tujuan juga dirinci menjadi dua.
3) Ruang lingkup masalah
berisi:
Pembatasan masalah yang akan dibahas.
Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam
setiap variabel. Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan
untuk mengungkapkan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan
sebagainya dengan kata-kata.[4]
4) Landasan teori menyajikan:
Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang
prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau
opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan
penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam
mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori
tersebut.
5) Sumber data penulisan
berisi:
Sumber data sekunder dan data primer.
Kriteria penentuan jumlah data.
Kriteria penentuan mutu data.
Kriteria penentuan sample.
Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6) Metode dan teknik penulisan
berisi:
Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya:
metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi,
metode eksploratif, atau metode eksperimental.
Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti
wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan
kesimpulan.
7) Sistematika penulisan
berisi:
Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan
utama, dan kesimpulan.
Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau
ada).
b. Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau
bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah.
Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara
tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang
akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur
berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)
Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas
mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan
yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data
primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis
atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat
mendukung ketuntasan pembenaran.
2)
Kejelasan uraian/deskripsi:
Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan
pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan
makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang
lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial,
terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan
menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu
memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi,
teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur
kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih
baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan
karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan
struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat
efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.
Kejelasan makna paragraf
dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan,
koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan
menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis
(induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial).
Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta
dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke
khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk
menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel,
diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan
kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan
(ilmiah):
N Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya
rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan
menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…,
survei membuktikan bahwa…,
N Kesalahan: pembuktian
pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah
nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan)
tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan
pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak
(kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang,
atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
c. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan
merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan
bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup
waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian
penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun
sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat
pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
µ Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat
dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau
tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
µ Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan
atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan
itu.
C. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup
juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
a. Daftar pustaka
(Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau
catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi)
adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya
yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
ö Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan
koma.
ö Tahun terbit.
ö Judul buku: penulisannya bercetak miring.
ö Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
ö Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama
majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya,
misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
· Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang
kedua tidak perlu dibalik.
· Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang
dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
· Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama
editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
· Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
· Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan
huruf awal nama belakang pengarang.
b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix)
merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan
catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang
lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran
ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan
lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah.
Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika
disertakan dalam uraian.
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata
atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut
abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan
istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan
penggunaannya dalam pembahasan.
d. Riwayat Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar
riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat
hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup
meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman
berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
§ Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa
Indah, 1994.
§ HS, Widjono. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo,
2007.
§ Maryani, Yani, dkk. Intisari Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
[1] Widjono HS, BAHASA
INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi(Jakarta:
PT. Grasindo, 2007), hal. 268.
[2] Prof.
DR. Gorys Keraf, KOMPOSISI (Jakarta: Nusa Indah, 1994), hal. 229.
[3] Contoh halaman persembahan diambil dari novel Ayat-ayat Cinta, buah karya dari Habiburrahman El-
Shirazy.
[4] Dra.
Yani Maryani, dkk. Intisari
Bahasa dan Sastra Indonesia (Bandung:
Pustaka Setia, 2005), hal. 17.
0 komentar:
Posting Komentar